Selasa, 30 Oktober 2012

reaksi oksidatif senyawa hidrokarbon dan reaksi asam basa senyawa organik


Reaksi pembakaran / Reaksi oksidasi

Reaksi Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon akan menghasilkan gas karbondioksida dan air, sedangkan pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan gas karbon monoksida dan air. Terjadinya pembakaran sempurna atau tidak sempurna tergantung pada perbandingan antara konsentrasi (kadar) senyawa hidrokarbon dengan konsentrasi (kadar) oksigen.
1.      Oksidasi Pada Alkana
Semua alkana dapat bereaksi dengan oksigen pada reaksi pembakaran, meskipun pada alkana-alkana suku tinggi reaksi akan semakin sulit untuk dilakukan seiring dengan jumlah atom karbon yang bertambah. Rumus umum pembakaran adalah:
CnH2n+2 + (1.5n+0.5)O2 → (n+1)H2O + nCO2
CH4   +   2O2           CO2 +  2H2O           
Ketika jumlah oksigen tidak cukup banyak, maka dapat juga membentuk karbon monoksida, seperti pada reaksi berikut ini:
CnH(2n+2) + nO2 → (n+1)H2O + nCO
CH4 + 1.5O2 → CO + 2H2O

2.      Oksidasi Pada Alkena
Pembakaran sempurna alkena menghasilkan CO2 dan H2O.
C2H4 + 3O2         2 CO2 + 2 H2O
Pembakaran tidak sempurna alkena menghasilkan CO dan H2O.
C2H4 + 2O2       2CO + 2 H2O

3.      Oksidasi Pada Alkuna
Pembakaran alkuna Pembakaran alkuna (reaksi alkuna dengan oksigen) akan menghasilkan CO2 dan H2O.
2CH=CH + 5O2        4CO2 + 2H2O


Asam dan Basa Organik
Klasifikasi asam-basa pada senyawa organik pada umumnya mengikuti teori asam-basa Bronsted –Lowry. Penentuan kekuatan asam-basa dapat dilihat dari arga pKa atau pKb nya. Yang perlu diingat bahwa asam kuat akan menghasilkan basa konjugasi yang stabil, begitu juga sebaliknya akan lebih kompleks. Kebanyakan asam adalah netral, maka basa konjugasi dari sebagian besar asam bermuatan negatif, karena asam tersebut kehilangan proton.
Asam organik
Asam organik dicirikan oleh adanya atom hidrogen yang terpolarisasi positif. Terdapat dua macam asam organik, yang pertama adanya atom hidrogen yang terikat dengan atom oksigen, seperti pada metil alkohol dan asam asetat. Kedua, adanya atom hidrogen yang terikat pada atom karbon di mana atom karbon tersebut berikatan langsung dengan gugus karbonil (C=O), seperti pada aseton.
Metil alkohol mengandung ikatan O-H dan karenanya bersifat asam lemah, asam asetat juga memiliki ikatan O-H yang bersifat asam lebih kuat. Asam asetat bersifat asam yang lebih kuat dari metil alkohol karena basa konjugat yang terbentuk dapat distabilkan melalui resonansi, sedangkan basa konjugat dari metil alkohol hanya distabilkan oleh keelektronegativitasan dari atom oksigen.
Keasaman aseton diperlihatkan dengan basa konjugat yang terbentuk distabilkan dengan resonansi. Dan lagi, datu dari bentuk resonannya menyetabilkan muatan negatif dengan memindahkanmuatan tersebut pada atom oksigen.
Basa Organik
Basa organik dicirikan dengan  adanya atom dengan pasanganelektron bebas yang dapat mengikat proton. Senyawa-senyawa yangmengandung atom nitrogen adalah  salah satu contoh basa organik,tetapi senyawa yang mengandung oksigen dapat pula bertindaksebagai basa ketika direaksikan dengan asam yang cukup kuat. Perludicatat bahwa senyawa yang mengandung atom oksigen dapatbertindak sebagai asam maupun  basa, tergantung lingkungannya. Misalnya aseton dan metil alkohol dapat bertindak sebagai asamketika menyumbangkan proton, tetapi sebagai basa ketika atom oksigennya menerima proton.

3 komentar:

  1. Dari artikel di atas dikatakan bahwa pada senyawa organik umumnya mengikuti teori asam basa Bronsted-Lowry, dimana adanya transfer proton dari asam ke basa. Mengapa demikian? Mengapa tidak mengikuti teori Arrhenius ataupun Lewis !

    BalasHapus
  2. Menurut saya, pada klasifikasi senyawa organik mengacu pada teori asam basa Bronsted-Lowry dan bukan pada teori Arrhenius karena teori Bronsted-Lowry merupakan penyempurnaan dari teori Arrhenius.
    Pada teori Arrhenius secara singkat dapat dikatakan memiliki keterbatasan yaitu beliau menjelaskan bahwa reaksi asam – basa hanyalah sebatas pada larutan berair (aqueus, aq) dan asam-basa adalah zat yang hanya menghasilkan H+ dan OH-. Padahal tidak semua asam menghasilkan H+ dan semua basa menghasilkan OH-, khususnya pada senyawa organik.
    Kemudian kelemahan pada teori Arrhenius ini disempurnakan Bronsted-Lowry. Ia menyatakan bahwa asam adalah zat/senyawa yang dapat mendonorkan proton (H+) bisa berupa kation atau molekul netral. Sedangkan basa adalah zat/senyawa yang dapat menerima proton (H+), bisa berupa anion atau molekul netral. Karena proton selalu dihasilkan menurut teori asam-basa Arrhenius, berarti semua reaksi asam-basa Arrhenius merupakan reaksi asam-basa Bronsted-Lowry, dengan catatan, air terlibat dalam reaksi. Apabila air tidak terlibat dalam reaksi, maka penjelasan reaksi asam-basa menggunakan teori asam-basa Bronsted-Lowry.|
    Pada senyawa organik tidak semua direaksikan dengan air sehingga senya organik lebih mengacu pada teori Bronsted-Lowry dari pada Arrhenius.

    BalasHapus
  3. menurut saya kenapa teori asam-basa pada senyawa organik pada umumnya mengikuti teori asam-basa Bronsted –Lowry karena Penentuan kekuatan asam-basa dapat dilihat dari harga pKa atau pKb nya dan Yang perlu diingat bahwa asam kuat akan menghasilkan basa konjugasi yang stabil, begitu juga sebaliknya akan lebih kompleks. Kebanyakan asam adalah netral, maka basa konjugasi dari sebagian besar asam bermuatan negatif, karena asam tersebut kehilangan proton.
    • Asam organik dicirikan oleh adanya atom hidrogen yang terpolarisasi positif. Terdapat dua macam asam organik, yang pertama adanya atom hidrogen yang terikat dengan atom oksigen, seperti pada metil alkohol dan asam asetat. Kedua, adanya atom hidrogen yang terikat pada atom karbon di mana atom karbon tersebut berikatan langsung dengan gugus karbonil (C=O), seperti pada aseton.
    • Basa organik dicirikan dengan adanya atom dengan pasanganelektron bebas yang dapat mengikat proton. Senyawa-senyawa yangmengandung atom nitrogen adalah salah satu contoh basa organik,tetapi senyawa yang mengandung oksigen dapat pula bertindaksebagai basa ketika direaksikan dengan asam yang cukup kuat. Perludicatat bahwa senyawa yang mengandung atom oksigen dapatbertindak sebagai asam maupun basa, tergantung lingkungannya. Misalnya aseton dan metil alkohol dapat bertindak sebagai asamketika menyumbangkan proton, tetapi sebagai basa ketika atom oksigennya menerima proton.

    Mengapa tidan mengikuti teori arrhenius atau lewis?
    Karena teori arrhenius memiliki keterbatasan. Yang dimana Keterbatasan Teori Arrhenius contoh nya pada asam klorida. Asam klorida dapat dinetralkan baik oleh larutan natrium hidroksida maupun amonia. Dan akan didapatkan larutan hasil reaksi yang jernih yang dapatdikristalkan menjadi garam berwarna putih, baik natrium klorida maupun amonium klorida. Pada kasus reaksi antara natrium hidroksida dengan asam klorida, ion hidrogen dari asam bereaksi dengan ion hidroksida dari NaOH. Hal ini sesuai dengan teori asam-basaArrhenius. Akan tetapi pada kasus reaksi amonia dengan asam klorida, tidak terdapat ion
    hidroksida.

    BalasHapus